Senin, 30 Mei 2011

Kalau Mau Maju, Ubah Paradigma Berpikir

Dari pengamatan penulis, terdapat kelemahan yang mendasar dalam sosio-kultural masyarakat kita saat ini, yaitu berhinggapnya Paradigma Berpikir Diagonalistik (PBD), dan Paradigma Berpikir Sebab (PBS). Dari telaah akuratif penulis, PBD dan PBS tampaknya dapat menghambat kemajuan. PBD akan menimbulkan otoritarian pemikiran yang menyebabkan seseorang cenderung  memaksakan pendapat dan tidak mau menerima pemikiran orang lain yang berbeda dengan pemikirannya. Paradigma berpikir seperti ini telah merambat hingga pada semua lini kehidupan yang ditunjukkannya melalui sikap yang cenderung tidak mau menerima kritik dan saran dari orang lain. Pada konteks pendidikan dan pembelajaran, misalnya jika siswa mengeritik dianggap angin lalu. Bahkan sikap kritikan lebih dianggap sebagai “musuh” yang harus dimusnahkan.
PBD harus segera konstruk ulang dan diganti dengan Paradigma Berpikir Alternatif (PBA) yang mengakui  dan menerima adanya perbedaan. Perbedaan pendapat tidak harus dipandang sebagai pertentangan antara benar dan salah, tetapi seyogyanya dilihat sebagai alternatif, antara benar-benar, salah-salah dan/atau benar dan salah yang tidak saling bertentangan. PBA inilah yang dalam nuansa Islam disebut rahmat. Dengan PBA, konflik sosial maupun politik yang acapkali muncul ditengah masyarakat kita saat ini dapat dihindari, dan paling tidak dapat dikurangi.
Selain PBD yang sering menjadi sumber masalah ialah  sikap berburuk sangka (negatif thinking) pada orang lain. Sikap berburuk sangka ini bukan sekedar menjadi benih konflik sosial dan politik, tetapi juga menyebabkan kita tidak bisa maju. Dengan negatif thinking, orang tidak mau belajar dari orang lain,  karena merasa dirinyalah yang paling benar, paling baik, dan paling tahu. Sikap seperti ini menyebabkan orang menjadi sombong dan congkak. Kesombongan dan kecongkakan akan dapat mengganggu hubungan sosial dan penghambat kemajauan bangsa. Kita sudah lupa dan bahkan pura-pura tidak tahu bahwa pelangi itu indah karena berwarna-warni ‘mejikuhibiniu
Negatif thinking harus diganti dengan sikap berbaik sangka (positif thinking). Dengan berpikir positif thinking jelas akan menghindari munculnya konflik sosial. Dengan sikap berbaik sangka ini juga akan tumbuh rasa kemanusiaan dan penghargaan terhadap perbedaan dan kepentingan orang lain.
.Budaya lain yang juga sering menjadi penghambat kemajuan bangsa ini ialah PBS. Paradigma berpikir ini menyebabkan kita sulit untuk maju dan tidak memiliki prestasi yang membanggakan. PBS ini berkaitan erat dengan sikap negative thingking yang melahirkan budaya “kambing hitam”. Paradigma berpikir sebab ini ditandai dengan tidak adanya perencanaan yang matang dan/atau tidak visi.
Paradigma ini harus dirubah ke Paradigma Berfikir Akibat (PBAk), artinya setiap perilaku dan tindakan dan/atau kebijakan harus dipikirkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkannya. Dengan PBAk, kita dibiasakan untuk berpikir ke depan (visioner), dengan membuat suatu perencanaan. Dalam PBAk, kita dibiasakan untuk membuat perencanaan dan berpikir sebelum melakukan sesuatu. Dengan PBAk, kita dibiasakan untuk menelaah secara akuratif berbagai tantangan yang akan dihadapi dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. PBAk inilah yang menyebabkan berbagai bangsa meraih kemajuan di berbagai bidang, karena mereka sudah mengantisipasi dan mempersiapkan diri terlebih dahulu dalam menghadapi tantangan masa depan. Pada konteks pendidikan dan pembelajaran misalnya, harus diarahkan untuk merubah paradigma berpikir dan mental para siswa. Pendidikan harus diarahkan untuk merubah paradigma berpikir siswa dari “sisi kiri” ke “sisi kanan” yaitu ke arah “PBA dan PBAk”. Melalui pendidikan PBA dan PBAk, artinya kita memulai menanamkan paradigma berpikir ini sejak dini. Bila paradigma berpikir dan mental masyarakat kita masih berada pada “sisi kiri” (PBD dan PBS) kiranya bangsa ini tersendat dan sulit bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam era global yang kian membara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapan Anda di sini!