Tulisan ini merupakan abstraksi dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah satu upaya yang dilakukan penulis dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di jenjang SMP dan diikutsertakan dalam lomba inovatif guru di tingkat nasional. Berikut ikhtisarnya:
Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh seorang pembaca untuk memahami informasi dalam bacaan. Dalam konteks pembelajaran di kelas, membaca pemahaman merupakan kegiatan menuntun siswa untuk dapat memahami isi bacaan secara tepat. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman, baik faktor yang berasal dalam siswa maupun faktor luar yang mendukung belajarnya. Pengetahuan tentang faktor-faktor itu merupakan salah satu alternatif dalam menjawab berbagai kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran.
Kesulitan-kesulitan tersebut diduga sebagai akibat dari pelaksanaan pembelajaran yang masih mengacu pada paradigma lama yang konvensional. Siswa dianggap orang dewasa dalam bentuk kecil sehingga tugasnya di sekolah hanya mendengarkan yang disampaikan guru. Mereka dianggap tidak lebih dari botol kosong yang menunggu disisi apa saja oleh guru. Sedangkan guru aktif dengan gaya birokrat dan instruktifnya. Dampaknya, proses pembelajaran tidak menyenangkan dan hasilnya pun tidak optimal.
Agar pembelajaran berhasil optimal, guru hendaknya menciptakan kondisi ideal dengan penuh kasih sayang, kehangatan, dorongan, dukungan, dan menganggap siswa sebagai mitra serta dipandang sebagai subjek, bukan objek. Usia siswa SMP masih dalam kategori usia bermain. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang agar mereka (seakan-akan) bermain, yaitu bermain dalam batas-batas pedagogik. Jika hal ini dapat diwujudkan, kesenangan dan kecepatan belajar dapat melekat kokoh pada siswa. Demikian pula halnya dengan pembelajaran membaca pemahaman, hendaknya dirancang secara menarik. Sumber bacaan pun harus mengacu pada bakat, minat, sesuai harapan mereka, serta isu yang tengah menguak hangat, sehingga pembelajaran menjadi interaksi yang bermakna. Kebermaknaan ini akan terkonstruk jika pembelajaran itu berkesan, dan berkesan jika melibatkan seluruh indera mereka.
Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, muncul ide “Teknik Melempar Bola Kertas untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Teks Bacaan”. Teknik ini merupakan salah satu teknik inovatif yang dirancang dalam bentuk siswa saling lempar bola kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan bacaan dengan warna bola kertas yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kesulitannya. Strategi ini, di samping menyenangkan juga bermanfaat dalam mengembangkan nalar dan daya kreatif. Keistimewaan teknik ini ialah mampu melibatkan seluruh siswa karena mereka akan bermain dalam kelompok-kelompok kecil. Fenomena ini berangkat dari asumsi dasar bahwa pada hakikatnya siswa usia SMP masih senang bermain, dan mereka pun dapat diajak untuk belajar sambil bermain. Selain itu, permainan ini mampu merangsang daya pikir siswa, inovatif, kreatif, dan kritis, sehingga mereka mampu memahami pesan yang terdapat dalam bacaan. Respon-respon positif yang timbul secara komunikatif, merupakan hasil dari permainan yang dirancang dan diatur secara menarik dan sistematis. Dengan permainan ini, pembelajaran menjadi menyenangkan. Hasilnya pun meningkat hingga mencapai 90,6% tuntas.
Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh seorang pembaca untuk memahami informasi dalam bacaan. Dalam konteks pembelajaran di kelas, membaca pemahaman merupakan kegiatan menuntun siswa untuk dapat memahami isi bacaan secara tepat. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman, baik faktor yang berasal dalam siswa maupun faktor luar yang mendukung belajarnya. Pengetahuan tentang faktor-faktor itu merupakan salah satu alternatif dalam menjawab berbagai kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran.
Kesulitan-kesulitan tersebut diduga sebagai akibat dari pelaksanaan pembelajaran yang masih mengacu pada paradigma lama yang konvensional. Siswa dianggap orang dewasa dalam bentuk kecil sehingga tugasnya di sekolah hanya mendengarkan yang disampaikan guru. Mereka dianggap tidak lebih dari botol kosong yang menunggu disisi apa saja oleh guru. Sedangkan guru aktif dengan gaya birokrat dan instruktifnya. Dampaknya, proses pembelajaran tidak menyenangkan dan hasilnya pun tidak optimal.
Agar pembelajaran berhasil optimal, guru hendaknya menciptakan kondisi ideal dengan penuh kasih sayang, kehangatan, dorongan, dukungan, dan menganggap siswa sebagai mitra serta dipandang sebagai subjek, bukan objek. Usia siswa SMP masih dalam kategori usia bermain. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dirancang agar mereka (seakan-akan) bermain, yaitu bermain dalam batas-batas pedagogik. Jika hal ini dapat diwujudkan, kesenangan dan kecepatan belajar dapat melekat kokoh pada siswa. Demikian pula halnya dengan pembelajaran membaca pemahaman, hendaknya dirancang secara menarik. Sumber bacaan pun harus mengacu pada bakat, minat, sesuai harapan mereka, serta isu yang tengah menguak hangat, sehingga pembelajaran menjadi interaksi yang bermakna. Kebermaknaan ini akan terkonstruk jika pembelajaran itu berkesan, dan berkesan jika melibatkan seluruh indera mereka.
Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, muncul ide “Teknik Melempar Bola Kertas untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Teks Bacaan”. Teknik ini merupakan salah satu teknik inovatif yang dirancang dalam bentuk siswa saling lempar bola kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan bacaan dengan warna bola kertas yang berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kesulitannya. Strategi ini, di samping menyenangkan juga bermanfaat dalam mengembangkan nalar dan daya kreatif. Keistimewaan teknik ini ialah mampu melibatkan seluruh siswa karena mereka akan bermain dalam kelompok-kelompok kecil. Fenomena ini berangkat dari asumsi dasar bahwa pada hakikatnya siswa usia SMP masih senang bermain, dan mereka pun dapat diajak untuk belajar sambil bermain. Selain itu, permainan ini mampu merangsang daya pikir siswa, inovatif, kreatif, dan kritis, sehingga mereka mampu memahami pesan yang terdapat dalam bacaan. Respon-respon positif yang timbul secara komunikatif, merupakan hasil dari permainan yang dirancang dan diatur secara menarik dan sistematis. Dengan permainan ini, pembelajaran menjadi menyenangkan. Hasilnya pun meningkat hingga mencapai 90,6% tuntas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan tanggapan Anda di sini!